Lorem ipsum dolor sit amet consectetur adipisicing elit. Autem asperiores, voluptates quia tempore iusto corrupti consectetur magni vitae sunt explicabo recusandae nesciunt fugiat soluta non unde a deserunt esse ut.

Lorem ipsum dolor sit amet consectetur adipisicing elit. Cumque eveniet facere quae a, doloremque! Placeat explicabo vel enim?

Contact Now

Address

California, Road, TX 70240

Blog Detail

Gambar tidak ditemukan
Logo Vaskular Bandung oleh Admin tayang 21 Mei 2024, dibaca 260x
Bagikan:

Aneurisma Aorta, Bom Waktu Mematikan

Meski sudah lama ada, penyakit aneurisma aorta mulai dikenal masyarakat luas ketika tokoh Indonesia yakni Bondan Winarno dikabarkan meninggal akibat penyakit tersebut.  Dokter yang menanganinya kala itu menyebut aneurisma aorta sebagai bom waktu yang bisa pecah setiap saat dan mematikan. Sebenarnya, penyakit seperti apakah aneurisma aorta, dan benarkah demikian? Aorta merupakan pembuluh darah utama dan terbesar di tubuh manusia. Pembuluh ini berfungsi untuk mengalirkan darah yang kaya oksigen dari jantung ke seluruh tubuh. Aorta memiliki dinding yang tebal sehingga bisa mempertahankan bentuknya meski tekanan darah di dalamnya cukup tinggi.

Sementara aneurisma aorta adalah pelebaran atau penggembungan yang terjadi pada pembuluh darah utama aorta yang melebihi ukuran normal, atau lebih dari 3 cm. Penggelembungan ini dapat terjadi pada aorta di bagian perut, dada, atau keduanya. Dinding aorta umumnya tebal dan kuat. Akan tetapi, pada aneurisma aorta, dinding aorta menjadi lemah sehingga tidak bisa menahan tekanan darah di dalamnya. Akibatnya, dinding aorta akan menggelembung. Bila pecah atau robek, aneurisma aorta dapat menyebabkan perdarahan hingga kematian.

Faktor risiko  

Dokter Spesialis Bedah Subspesialisasi Bedah Vaskular dan Endovaskuler (BVE) dari  Santosa Hospital Bandung Central Bandung Central ( RS Santosa Santosa Kebonjati) Romzi Karim menyebutkan, hingga saat ini penyebabnya belum diketahui secara pasti. Akan tetapi, penyakit tersebut bergantung dari beberapa faktor risiko.  “Beberapa faktor risiko yakni usia tua, riwayat darah tinggi, kolesterol tinggi, aterosklerosis atau pengapuran pembuluh darah, etnis, riwayat keluarga, perokok, peradangan aorta, dan infeksi sifilis,” ucap Romzi, beberapa waktu lalu. 

Gambar tidak ditemukan

Adapun prevalensi aneurisma aorta di dunia adalah 2.000 dari 100.000 populasi. Romzi menyebutkan, insidensinya semakin menurun belakangan ini, karena berkurangnya kebiasaan merokok. 

“Usia tua di atas 60 tahun dan jenis kelamin laki-laki memiliki risiko lebih tinggi terjadinya aneurisma aorta,” ujarnya. 

Umumnya, gejala terjadinya aneurisma aorta seperti tersamarkan (silent). Pada beberapa kasus, aneurisma dengan penggelembungan yang berukuran kecil umumnya tidak menimbulkan gejala apa pun. Akan tetapi, jika penggelembungan aorta makin besar, penderita akan mulai merasakan berbagai keluhan yang tergantung dengan lokasinya.

Diagnosis

Untuk mendiagnosis aneurisma aorta, dokter akan menanyakan riwayat kesehatan pasien dan gejala yang dirasakan. Setelah itu, dokter akan melakukan pemeriksaan fisik. Jika pasien dicurigai menderita aneurisma aorta, dokter akan melakukan pemindaian untuk memastikan lokasi, ukuran, dan tingkat keparahan aneurisma aorta. Pemeriksaan penunjang diagnostik awal dilakukan dengan USG, dan dilanjutkan dengan pemeriksaan CT Scan agar dapat diketahui lebih detail lokasi dan ukuran aneurisma aorta dalam perencanaan alat stent graft yang akan digunakan. 

Romzi menyebutkan, tindakan yang dapat dilakukan oleh dokter subspesialis bedah vaskular (pembuluh darah) endovaskular adalah dengan operasi terbuka dan tindakan minimal invasif endovaskular atau Endovascular Aneursym Repair (EVAR) dan Thorasic Endovascular Aortic Repair (TEVAR). 

“Bila sudah dilakukan USG atau CT Scan dan didapat informasi ukuran aneurisma lebih dari 5 cm, maka harus dilakukan tindakan untuk menghindari risiko robek,” kata Romzi.

Hal-hal lain yang perlu diperhatikan bila terdapat beberapa faktor risiko dan gejala tanda aneurisma aorta, dilanjutkan dia, yakni harus segera berkonsultasi dengan dokter subspesialis bedah vaskular endovaskular agar terpantau dan mendapatkan pengobatan yang tepat. Beberapa upaya pencegahan yang dapat dilakukan untuk mencegah terbentuknya aneurisma aorta adalah berhenti dari kebiasaan merokok, berolahraga secara rutin, menerapkan gaya hidup dan pola makan sehat, mengelola stres untuk menurunkan tekanan darah tinggi, serta menjalani pengobatan dan kontrol rutin.

 

Sumber: Pikiran Rakyat

Logo doktervarisesbandung.id

Admin adalah seorang penulis berpengalaman di Dokter Varises Bandung, yang memiliki dedikasi tinggi untuk menyajikan informasi kesehatan terbaru dan terpercaya.

Chat dengan kami